Jumat, 31 Agustus 2012

Tak Pernah Padam


Lagu ini memngingatkan Rara pada kayu. Tulisan miring adalah lirik asli lagu Sandi sandoro. Yang dalam kurung adalah kata hati Rara)

Senyumanmu masih jelas terkenang
Hadir selalu seakan tak mau hilang dariku dariku
Takkan mudah ku bisa melupakan
Segalanya yang telah terjadi 
  (meskipun ga pernah terjadi apa-apa)
Di antara kau dan aku, di antara kita berdua  (sebenarnya hanya antara aku sendiri, kau tak pernah tahu)
*
Kini tak ada terdengar kabar dari dirimu  ( lebih dari 10 tahun)
Kini kau telah menghilang jauh dari diriku  (tanpa jejak, tak tahu harus mencari kemana)
Semua tinggal cerita antara kau dan aku  ( ceritaku yang hanya tentangmu)
Namun satu yang perlu engkau tahu 
Api cintaku padamu tak pernah padam, tak pernah padam

Takkan mudah ku bisa melupakan
Segalanya yang telah terjadi 
Di antara kau dan aku, di antara kita berdua (tak pernah ada apa-apa selain aku yang menyukaimu)
Kini tak ada terdengar kabar dari dirimu
Kini kau telah menghilang jauh dari diriku
Semua tinggal cerita antara kau dan aku
Namun satu yang perlu engkau tahu
Api cintaku padamu tak pernah padam
Api cintaku padamu wooo ooo yeah

Kini tak ada terdengar kabar dari dirimu
Kini kau telah menghilang jauh dari diriku
Semua tinggal cerita antara kau dan aku
Namun satu yang perlu engkau tahu
Api cintaku padamu tak pernah padam, tak pernah padam

klik link ini untuk dengar lagunya http://www.youtube.com/watch?v=Np8rlGS1dX4&feature=g-hist

Kamis, 02 Agustus 2012

Puzzle 9 : Patah sebelum tumbuh

Rara menutup buku yang dia pegang, sambil terus menatap sampul dan judul novel ditangannya, dia berkata pada seorang pria disebelahnya yang sedang sibuk menyetir mobil. Pria itu Mr.Kim, Boss di tempat dia bekerja.Mereka baru pulang meeting di luar kantor.
" Bos tahu ga, dulu aku butuh berapa lama buat nerima kenyataan kalau aku ditolak sama Abi atau Rey".
"Meneketehe" Mr.kim menjawab tanpa melirik ke Rara sedikit pun .
" Cuma 3 hari." Rara menaruh Bukunya ke dalam tas, kemudian melanjutkan kata-katanya.
" Malam aku SMS Abi yang isinya kalau aku suka dia. Ketika balasan SMS isinya pernyataan menolak, aku nangis, terus nangis sampai pagi. Besoknya mata bengkak. Aku pergi kerja dan melupakan yang semalam. Saat malam tiba aku akan nangis lagi, begitu sampai 3 hari. Hari ke empat, hatiku benar-benar bebas seperti burung yang keluar dari sangkarnya. Dengan hati lapang aku bisa menerima kenyataan kalau dia bukan yang tepat untukku.Sama Rey juga gitu kejadiannya. Ga lebih dari 3 hari"
"Bener-bener lupa?" Mr.Kim menjawab, tapi perhatiannya tetap ke jalan.
"Gak lupa sih, cuma ga ada beban di hati. Ga ngarepin dia, ga mikirin dia seperti sebelumnya"
"trus sekarang kenapa"
"Udah lewat 3 minggu, kenapa aku masih kepikiran Gery yah"
"WHAT?!.Kamu dah nyatain perasaan ke dia?" Mr.Kim refleks ngerem mobilnya, sehingga membuat tubuh Rara tersentak ke depan.
"Nggak." Jawab Rara yang juka setengah teriak karena kaget.
"Trus, apanya yang 3 minggu, emang 3 minggu sebelumnya kamu kenapa ama dia?"
"Bukan nembak sih, tapi secara ga langsung aku serasa ditolak"
"Maksudnya?"
"Bos tahu kan aku dijodohin sama kakakku. Nah aku curhat ke dia kalo aku dijodohin"
"ckkckck..udah dibilangin kamu jangan curhat-curhat kayak gitu, masih aja ngeyel."
Rara tersenyum nyengir. Mr.Kim hanya geleng-geleng kepala melihat kelakuan Rara.
" Aku sms dia : ry, kadang aku ngerasa pengen jadi cowok aja, lebih bebas kayaknya, berapapun usia ga diributin soal married,..he..he. Dijodohin, ditawar-tawarin, tiap ketemu keluarga yang dibahas itu mulu.. besok aja aku mesti ketemu buat kenalan..males ga sih.kadang bikin stress..ga tahu mesti gimana bersikap
"kok kamu ga pernah curhat kayak gitu ke aku?" Tanya Mr. Kim.
"Lha ini lagi curhat. Trus dia bales gini :Itu artinya mereka semua sayang kamu,jgn ngomong gitu, surga tuh ditelapak kaki cewek lho.. Di bawa enjoy aja itung-itung nambah temen..deketin diri,saling cocok2in,coba terbuka siapa tahu yang dijodohin itu jodoh."
"Trus..?"
"Ya udah gitu aja, aku bales lagi sama ucapan thanks"
"Hahaha..hahaha...kamu kecewa yah sama jawaban dia. Haaahahhahaa" Mr.kim tertawa dengan Renyah.
"Ya aku tahu dia mungkin bakalan jawab gitu, cuma aku ngerasa nyesel kenapa mesti curhat ke dia"
"hahhah..Raraaa..Raraa... Kamu tuh kebanyakan nonton drama sih, jadi otak dan cara berpikirmu itu terkontaminasi."
"Tujuan kamu curhat sama dia apa coba?. Kamu mau dia balas sms kayak dalam drama,'Rara kamu jangan ketemu dia, karena aku suka kamu' atau kamu ngarep tiba-tiba dia besoknya dateng ke rumahmu, mengganggu acara perkenalan dan menarik tanganmu pergi. Kamu pikir kayak gitu kan. Dan hasilnya ternyata dia malah setuju sama perjodohan itu"
"Iya..dan sekarang ketahuan kan kalo dia tuh ga suka sama aku"
"Terlepas dia suka atau nggak sama kamu, dia tetep bakal jawab kayak gitu"
"Kalau dia suka ma aku harusnya jangan bales kayak gitu dong"
"Trus maunya gimana?. Be more reality, Ra!"
"Yah, pokoknya jangan bales kayak gitu. Sekarang kalau cewek yang bos suka tiba-tiba mau dijodohin,apa bos juga mau bilang gitu ?,'yah udah pergi aja kali aja cocok'. Itu artinya ngelepasin yang bos suka"
" Gak gitu juga kali,cuma...."
" Udahlah ga usah dibahas,..cowok emang dimana-mana sama" Jawab Rara kesal.
"enggak Boss, enggak Gery, enggak Farhan semua sama" Rara menambahkan dengan cemberut.
"Farhan siapa?"
"Boss ga perlu tahu"
" Ya udah anggap aja dia ga suka, sekarang kamu jangan mikirin si Gery lagi.Cepet turun, kita dah nyampe, kembali kerja"
Sesaat setelah menutup pintu mobil Kim mengejar Rara yang sudah masuk ke kantor.
"Farhan siapa ra?"
Rara tidak menjawab,dia hanya mengangkat sebuah novel yang dipegangnya sedari tadi, 'ketika cinta bertasbih' karya El-Siraji.

Puzzle 8 : Lelaki-lelaki itu yang aneh atau wanita ini yang perasa ?

Bagian I : Berawal dari Facebook
Saat Jejaring sosial Facebook berada pada puncak ketenaran, semua orang tak lepas dari facebook. Usia berapapun,tua atau muda, profesi apapun, tujuan apapun, memanfaatkan jejaring sosial ini dalam kehidupannya. Banyak manfaat dan kerugiannya. Salah satu manfaatnya yaitu memperpanjang silaturahim melalui dunia maya dengan kawan-kawan lama, bahkan ada yang menemukan keluarganya yang terpisah negara dan waktu lewat facebook. Berjualan, belajar, yang dapet jodoh juga ada. Hanya memasukan alamat email atau nama usernya kita bisa menambah mereka jadi teman. Maka semua orang sambung menyambung di dalam jaringan ini. Teman SD, SMP, SMA, Kuliah, teman sekantor atau temannya teman bisa kita tambahkan. Terkadang dalam daftar teman kita tersimpan nama-nama atau foto yang kita tidak kenal hanya karena dia satu SMA atau temannya teman. Contoh disini adalah Acie. Dalam daftar pertemanannya di facebook ada beberapa yang tidak dia kenal,mereka satu SMA tapi tidak satu kelas atau belum pernah benar-benar kenalan. Baru -baru ini, salah satu yang tidak begitu dia kenal itu tiba-tiba sering muncul dalam wall-nya.
"Hi, ci dulu kelas apa yah?" Gunawan menulis di wall Acie.
"2-10 dan Bahasa,,pasti jarang liat, kelasnya diujung terus sich." balas Acie satu jam kemudian.
"oh klas 2-10.. sekelas ma Bule ya! klo lihat fotonya sih kayaknya samar-samar tapi ga tau klo lihat orangnya langsung." balas Gunawan setengah jam kemudian setelah balasan dari acie diterima.
"iya sama Bule, klo kamu kelas apa?"
"2-1 n IPA3 sama si Rudi. Cie kerja dimana?" Inilah perkenalan pertama Acie dengan Gunawan,napak tilas ke masa SMA. Semenjak dia accept friend request beberapa bulan ke belakang, belum pernah saling menyapa satu sama lain. Dari sini mulai Gunawan terus sok kenal sok dekat di facebook. Setiap Acie membuat status, dia coment atau kadang dia menulis di wall untuk mengobrol. Entah gimana prosesnya, pada akhirnya Gun tahu nomer telpon Acie, dan dia nelpon seperti lelaki yang mau pendekatan untuk pacaran. Kirim SMS nanya lagi ngapain,dah bobo belum, dah makan belum, dan dll belum. Gun juga sering nelpon dengan kata-kata romantis, baca puisi sampai akhirnya suatu saat dalam sebuah panggilan telepon, terdengar oleh Acie suara petikan gitar nan lembut, dilanjutkan suara yang cukup lumayan menyanyikan sebuah lagu dari MUSE
You could be my unintended
Choice to live my life extended
You could be the one I’ll always love
You could be the one who listens to my deepest inquisitions
You could be the one I’ll always love
I’ll be there as soon as I can
But I’m busy mending broken pieces of the life I had before


"Beuh, hati wanita mana yang tidak tersanjung dinyanyikan sebuah lagu yang dia suka, meski hanya lewat telpon.Mana lagu itu lagi,lagu yang mengingatkanku sama Rey" Komentar Rara saat Acie curhat padanya.
"Bener deh Ra, kayaknya aku terpikat sama dia. Kamu dulu sekelas sama dia kan Ra. Gimana sih orangnya" Acie mulai penasaran
"Kayaknya sih lumayan baik, tapi ga tahu juga, tahu sendiri aku waktu SMA kurang gaul."
"Sekarang aku kangen sama dia, dah beberapa hari dia ga SMS atau nelpon."
"Telpon balik aja"
" Gak diangkat" Acie menambahkan emoticon titik dua dan tanda kurung buka dua kali <:> yang menggambarkan menangis keras.
Setelah Acie sedikit menyukainya dan menaruh harapan semoga Gun bisa menjadi pasangannya, tiba-tiba Gun menghilang. Tak pernah SMS lagi, tak pernah nelpon lagi, tak pernah menyapa di facebook lagi. Meski Acie diam dan tidak mendesak Gun, sebenarnya dia masih selalu membuka facebook milik Gun. Dan beberapa minggu setelah Gun menghilang, status Gun di facebook beubah menjadi Married to Dewi. Entah siapa Dewi itu, entah kapan pernikahan itu menjadi sebuah tanya kecil, karena pertanyaan Acie yang utama adalah apa maksud dari pendekatan Gun padanya?. Seperti lagu Baby doll milik Utopia : kau ajak ku melayang tinggi dan kau hempaskan ke bumi.Begitulah perasaan Acie saat ditinggal Gun.
Lelaki itu yang salah atau Acie yang kegeeran?. Apa maksud Gun hanya untuk menambah teman,bukan mencari pacar ?. Duhai lelaki,sungguh jika hanya untuk menambah teman, jangan lakukan hal seperti itu (perhatian berlebihan, romantis,menyanyikan lagu )pada orang yang belum begitu kau kenal. Karena wanita mudah tersentuh dengan hal-hal seperti itu.




Bagian II : Masih dari Facebook

Berawal dari facebook baruku
Kau datang dengan cara tiba-tiba
Bekas kekasih yang lama hilang
Satu dari kekasih yang terbaik

Mungkin waktu yang ku persalahkan
Mungkin saja keadaan yang salah
Terpikir hati untuk mendua
Tapi nurani tak bisa mendua

[*]
Ku hanya bisa membagi kisah-kisah lama
Ku hanya bisa membagi cerita nostalgia

[**]
Cuma itu yang ku berikan
Cuma itu yang ku bisa persembahkan
Karna aku ada yang punya
Tapi separuh hati ini untukmu

Ku bisa saja putuskan dia
Ku bisa menutup semua cintaku
Tapi apakah kau pun setuju
Menyakiti seorang manusia

Ku hanya bisa membagi kisah-kisah lama

Source: http://liriklaguindonesia.net

Masih tentang Acie dan juga facebooknya. Lagu di atas bukan tentang Gun. Gunawan sudah di blacklist dari hati Acie. Lagu itu cocok dinyanyikan oleh seseorang untuk Acie. Seseorang yang datang tiba-tiba setelah sepuluh tahun terlewati. Secret admirer yang baru menyatakan cintanya setelah beribu waktu berlalu. Terlambat, menyesal adalah hasil dari pengendapan cinta yang baru terungkap. Seseorang itu adalah kawan baik Acie saat SMA. Hampir beriringan dengan Gun dia menyapa di wall facebook.
To be continue.

Puzzle 7 : Diary Rara

Aku gak benar-benar tahu apakah ini cinta atau bukan. Kata orang ini adalah jatuh cinta. Tapi Jatuh Cinta itu bagiku rasanya sakit dan mengganggu, bukan sepenuhnya keindahan. Karena cinta ini masih terasa sepihak. Dalam kondisi apapun hati tak tenang teringat dia. Lagu Maia Ahmad cocok untuk menggambarkan perasaan ini. Mau makan, mau tidur, semua serba dia yang diingat. Hal kecil saja tentang dia, aku suka dan mengingatnya lama. Setiap menitnya selalu ingat, seperti ada tumor dalam hati terasa ada ganjalan yang membuat hati berdebar lebih kencang. Ada sebuah sengatan listrik yang menusuk hati saat matanya beradu dengan mataku, atau dia berkata- kata yang menurutku sendiri itu manis. Sepertinya hatiku telah digelapkan dengan perasaan yang kacau balau ini.Tak bisa berpikir jernih tentang dia.

Aku bernyanyi tentang semua lagu cinta. Salah satunya Gelagat Indah Titi DJ
Apa ini menyelinap di dada menyengat hati
Saat aku sekilas mengingatmu
Ketika itu selintas mataku mencuri pandang dirimu
sejak itu aku berharap jumpa dwnganmu
Dan ternyata berbalaslah anganku


Kurang lebih seperti itu laguku, tapi aku belum tahu apakah anganku berbalas atau tidak berbalas. Sahabatku menyarankan padaku agar aku harus menjaga hatiku agar jangan sampai jatuh cinta lagi.Jatuh cinta adalah menyakiti diri sendiri, jika jatuh cinta kemudian nanti tahu bahwa hanya sepihak, maka akan terasa menyakitkan. Aku tahu dan berusaha menjaga hatiku. Tapi kekuatan yang namanya cinta selalu bisa menembus batasan-batasan logika dan teori. Dia dengan begitu saja mengganggu hari-hariku.
Beberapa kali jatuh cinta, bertepuk sebelah tangan dan akhirnya berakhir ditolak adalah sebuah trauma, menciptakan rasa pesimis bahwa cintaku dapat menjadi cinta sepihak lagi. Rasa yang paling menyakitkan saat bertepuk sebelah tangan adalah saat rindu tak dapat bertemu, saat ingin bicara tak dapat menyampaikan karena kita hanya merasakannya sendiri sedang orang yang kita sukai tak merasakan apapun tentang kita. Aku bukan tak ingin jatuh cinta, tapi tak mau bertepuk sebelah tangan lagi.


Puzzle 6 : Suatu hal yang belum terselesaikan

Hp Raisa berdering 3 kali berturut-turut, SMS masuk dari 3 sahabatnya.
" Ikut reuni SMA ga?" Ketiga sms tu berisi pesan yang sama.
" Kayaknya nggak, Kalian gimana?" Dia mengetik pesan balasan dan mengirimkan ke tiga temannya sekaligus. Setiap tahun selalu ada reuni SMA seangkatan , sayangnya dari 400 orang alumni paling hanya 20 orang yang datang dan setiap tahun itu -itu saja yang hadir.
"Aku masih di Jakarta, belum mudik" Balasan SMS dari Rara
"Males ah" Acie menjawab singkat.
"Pengen ketemu Topan, tapi kayaknya aku ga bisa ikut" Meski ingin, Tia juga tidak bisa ikut. Tak ada mereka, Raisha pun rada males, takutnya nanti disana jadi bengong karena tak ada teman yang akrab. Sebenarnya Raisha ingin pergi ke sana, berharap bisa bertemu dengan Mahesa, lelaki yang dia sukai waktu SMA. Meski Raisha sudah punya pacar tapi dia ingin bertemu untuk terakhir kalinya sebagai orang yang masih menyimpan rasa secara diam-diam.Kini hubungan Raisha dan Aris, pacarnya semakin serius dan mungkin sebentar lagi akan menikah, untuk itu dia ingin menutup hatinya untuk kisah -kisah lama yang bertahun tahun tersimpan. Kemungkinannya kecil bertemu dengan Mahesa di Reuni itu, belum pasti dia hadir atau tidak. Tapi dia merasa harus pergi untuk mengakhiri suatu hal yang belum terselesaikan. Kemungkinan dia akan pergi meski sahabatnya tidak ikut.

"Sa, besok sabtu kita makan malam sama keluargaku, kamu bisa dateng kan?" Raisha sedikit tertegun mendengar permintaan Aris, karena waktu acaranya sama dengan acara reuni.
" Keluarga besarku kumpul, mereka ingin kenalan sama kamu. Sabtu malem kamu gak ada acara kan?" Tanya Aris lagi.
"Iya, bisa, tapi kamu jemput aku yah" Raisha tak punya pilihan lagi. Tidak mungkin dia memilih untuk kumpul reuni dibanding kumpul bersama keluarga Aris.


"Pabo choerom wae molla neunji... pabo choerom wae geudereul bonenggonji...." Handpone Raisha menjerit-jerit menyanyikan ost.drama korea, baru saja dia tiba dari kantor. Sekilas dia melirik nama yang tercantum di layar, Faisal, teman sekelas di SMA.
"Halo Sal, apakabar"
"Sa kamu bisa dateng ga, kita ada reuni anak 2-2 nih"
"Kapan?"
"Malam ini, jam 7.Di Caffe 88"
"Lha kok ngedadak banget sih,aku telat dong. Siapa aja yang dateng"
"Gak telat kok, ke sini aja, lumayan banyakan, ajak temen-temen yang lainnya"
"Ok deh sal aku kesana, aku coba hubungi temen-temen yang lain dulu yah"
"Aku Hesa, Mahesa" Raisha terkejut, sedari tadi dia kira Faisal yang bicara dengannya. Ternyata lawan bicaranya adalah Mahesa, dia tak bisa mengenali suaranya karena semenjak dia kenal sedari 12 tahun yang lalu, baru pertama ini Mahesa berbicara lewat telpon dengan Raisha.Mungkin ini pertama dan terakhir kalinya.
"Hah, aku kira Faisal, ok deh sampe ketemu di sana yah" Raisha menutup telpon dan mendekapkan dalam dada. Dia menghembuskan napas panjang, kemudian bersiap pergi.
Sesampainya di Caffe yang dimaksud, ternyata yang hadir hanya 8 orang, hanya sahabat-sahabat terdekat Mahesa, Raisha menjadi perempuan kedua yang hadir setelah istri Iwan.Sedikit canggung karena serasa dia dalam komunitas berbeda, tapi itu bukan masalah, kedatangannya adalah agar dia bisa bertemu dengan Mahesa.
"Mahesa mau nikah bulan depan, kalau bisa kamu dateng yah" Mendengar pernyataan Iwan, Raisha sedikit terkejut namun lega.
"Wah selamat, lama di Amerika dapetin orang bule dong"
"Ah nggak, Wanita lokal aja " Jawab Mahesa tersipu malu. Dengan melihat dia menikah sepertinya Raisha bisa melepaskan Mahesa sepenuhnya. Kenapa Raisha ingin bertemu Mahesa adalah untuk ini, menyelesaikan sesuatu hal yang belum terselesaikan. Kini semuanya berakhir, Raisha bahagia dan ingin membagikannya pada ketiga sahabatnya. Keesokan paginya dia langsung menemui Rara yang masih menikmati hari liburnya dengan malas-malasan.

"Dah denger dari Raisya kalo dia kemarin ketemu Mahesa?" Rara bertanya pada dua sahabatnya Tia dan Acie, mereka berkumpul untuk makan bersama dan sedang menunggu Raisha yang belum datang.
"Aku heran sama Raisya, emangnya dia masih ngarepin Mahesa yah?. Dia kan dah punya Aris" Acie menjawab dengan tanya.
"Iya,kemarin kok dia kayak ngebet gitu mau ketemu Mahesa." Tia menambahkan.
"Bukan karena dia masih suka dengan Mahesa, bukan juga karena masih ngarep, hanya karena ada sesuatu hal yang belum selesai di masa lalu." Rara menjawab berasumsi, tapi dia yakin dengan jawabannya itu.

Mungkin suatu hal seperti ini tidak dialami semua orang. Rara dan sahabatnya mengalami. Bagi mereka yang hanya bisa memendam cinta tanpa bisa mengungkapkan, pada akhirnya punya kisah cinta yang menggantung. Kisah yang tidak bisa tamat dan tidak tahu endingnya seperti apa, karena mereka tidak benar-benar tahu kapan kisah itu berawal. Rasa yang mereka simpan bisa bertahan satu tahun, dua tahun, bahkan bertahun-tahun.Ada cinta baru tak bisa menjamin bahwa suatu hal itu bisa berakhir, sehingga bisa menjadi suatu hal yang belum terselesaikan.
Saat SMA, Raisya punya orang yang dia suka bernama Mahesa, dia menyukainya dengan diam-diam tanpa bisa mengungkapkan. Tak bisa mengaku suka apalagi menyatakan cinta. Hingga dia berpisah karena jarak dan waktu.Perpisahan itu terjadi begitu saja tanpa bisa memastikan bagaimana dengan nasib cinta sepihak yang Raisya punya untuk Mahesa. Kisah cinta yang berawal dengan menyukai Mahesa berakhir begitu saja sehingga menjadi suatu hal yang belum terselesaikan. Berapa lama pun waktunya, jika sesuatu itu belum terselesaikan, maka cerita itu belum berakhir. Seperti halnya Raisha terhadap Mahesa, Rara pun mempunyai sesuatu hal yang belum terselesaikan antara dia dan Kak Bayu. Dia berharap untuk bisa bertemu Kak Bayu sekali lagi. Bukan karena masih mengharap, bukan karena masih menyukainya, bukan karena ingin apa-apa, hanya ingin bertemu dan meyakinkan bahwa sesuatu itu telah terselesaikan.

Puzzle 5: Love at first sight (season 3)

"Aku jatuh cinta lagi, jatuh cinta pada pandangan pertama." Rara bersenandung dengan riang.
"Alaaah, kamu tuh. Tiap -tiap ketemu yang kinclong bilangnya jatuh cinta. Siapa lagi sekarang". Tiba tiba Kim menimpali dari belakang.
"Tio, dia temen kampus Nedia"
"Nedia?, berarti lebih muda darimu dong"
"yups, berondong"
"inget umur neng, lo kan umur 27 berwajah 35.udah Ajumma"
"biarin, ngarep boleh dong, banyak kok yang pacaran ceweknya lebih tua.."
“Ngarep boleh tapi jangan ngimpi. Cewek -cewek itu kan masih keliatan cantik meski umurnya tua. Lha kamu,kecantikanmu itu cuma nilai 5 setengah"
"Jahat banget sih omongannya"
" Biar sadar"
"tapi nyakitin"
"Kalau dibiarin bisa jatuh terlalu dalam. Akhirnya nanti nangis.Bete banget tahu liat kamu nangis, yang repot kan aku"
"Apanya yang repot. Emangnya kalo aku nangis minta air mata dari Boss,kan nggak."
"Kerjaanmu tuh jadi lelet, ngaruh ke perusaahaan dong."
"Ih, Dasar SMS, Susah Melihat orang Senang"
"Apa pasalnya hingga kamu bisa suka dia"
"Suka itu soal perasaan, gak butuh alesan"

Rara membayangkan kejadian kemarin waktu acara makan bareng. Rara datang terlambat, dia dibarengi Nedia untuk gabung dengan teman-teman Nedia. Bangku yang tersisa hanya di meja ketiga yang masih kosong. Dia duduk berhadapan dengan Nedia hanya berdua, sedangkan meja penuh dengan makanan untuk 6 orang. Setelah ambil duduk, seorang teman Nedia menghampiri meja minta ijin gabung, dia duduk di samping Rara.Lelaki itu di panggil Tio.Dia terlihat cepat akrab dan ramah, buktinya bisa adaptasi sama Rara yang sangat pemalu ( kadang juga malu-maluin). Waktu melihat Tio, Rara langsung terpesona, Wah this is my type. Lalu selanjutnya Rara jadi salah tingkah dan over acting. Selama pertemuan itu Rara terus-terusan curi pandang sama Tio.'Bener-bener sempurna, mustahil orang kayak gini gak punya pacar dan mustahil bakal suka sama aku'
"mba nedia.." kata Tio sambil nyomot tahu di piring, manggil Nedia dengan mba berarti umurnya lebih muda.Rara membatin, umurnya dengan Nedia lebih tua 3 tahun, sama Tiyo pasti lebih lagi.Rara menciut karena umur.
"Aku putus sama pacarku" Tio melanjutkan kata-katanya tanpa beban.Hawa sejuk tiba-tiba menyirami batin Rara.Dalam hati dia teriak " Come to Tante"
" Tapi bukan gara-gara aku kan?" Jawab Nedia.Tiba -tiba Rara teringat seseorang yang Nedia ceritakan beberapa waktu lalu. Temannya terpaksa bilang kalau Nedia sudah menikah supaya pacarnya gak cemburu. Pasti Tio ini yang Nedia ceritakan.
"Bukan, dari awal emang udah ada masalah" Jawab Tio. Baru putus kok kayak seneng sih.
"Tidak!.Tidak!" Rara langsung menggelangkan kepala, berusaha melupakan kesan pertamanya pada Tio. Bener kata Bossnya kalau dia memang harus sadar diri. Ingat pesan mama agar jangan jatuh cinta dan mencintai, tapi dicintailah kemudian menerima cinta. Bukan waktunya lagi buat Rara untuk suka-sukaan dan mengagumi lelaki hanya untuk sekedar main-main, apalagi bertahan meski bertepuk sebelah tangan. Cukup sudah dia habiskan seperti itu zaman SMA. Ingat target nikah tahun depan, harus nyari yang bagus dan serius.Lupakan Tio!!!.
~_~
Rara menulis Status di yahoo messengernya "Senangnyaaaa...". Beberapa menit kemudian dia ganti dengan emoticon senyum.Hanya beberapa menit dia ganti lagi dengan tulisan hangul korea yang artinya 'aku cinta kamu'. Tak lama kemudian di rubah menjadi 'love at first sight'.Baru saja dia mau ganti lagi, tiba tiba muncul message di layar komputernya, dari si Boss.
"RARA...BERISIIIK!!" ditambah emoticon berwajah marah padam.
"Apanya yang berisik Boss" Rara mengetik cepat untuk menjawab pesan bossnya.Kantornya sehening kuburan, belum ada yang menyetel musik atau radio. Kenapa Bossnya bilang berisik.
"Statusmu itu tuh,bentar-bentar berubah, kamu kurang kerjaan yah.Gimana gambarnya mau kelar-kelar, kalo kerjaanmu cuma update status"
"Sorry boss, tapi itu namanya bukan berisik. Kalo berisik itu suara, aku kan ga ngeluarin suara apapun."
"Siapa bilang ga bersuara, tiap statusmu muncul itu keluar bunyi ZEB, ZEB"
"Klo gitu matiin aja boss di pengaturan suaranya biar kalo ada yang update gak keluar bunyi"
"Mana ngerti aku"
"Sini aku ajarin"
"Kerjaaaaaaaaaaa, bukan ngurusin yang ga penting!.Nanti siang saya mau meeting, kamu siapin gambarnya cepetan!"
"Siap Boss" Dasar si bos ini ga bisa liat aku seneng dikit. Rara menggerutu dalam hati.Bodo amat ah.
Beberapa hari yang lalu sepulang dari pertemuannya dengan Tio, Rara langsung mencari nama Tio di facebook Nedia. Ketemu, tapi Rara hanya bisa tahu namanya saja karena info dan lain lain tertutup hanya untuk temannya. Ada niat Rara untuk meng-add Tio, tapi niat itu diurungkannya. Jangan teruskan kegilaan ini, hentikan sebelum kamu benar-benar jatuh cinta padanya.Rara terus mengulang kata-kata itu. Sampai akhirnya bisa netral kembali perasaannya.
Tapi kemudian pagi ini saat Rara membuka email masuk, ada satu email yang membuatnya senang alang kepalang yaitu : Friend Request .Tio add you as a friend. Would you like to confirm. Tanpa ba bi bu, dia membuka facebook kemudian mengkonfirmasi pertemanan dengan Tio. Itulah alasan sebab musabab dia terus-terusan ganti status di yahoo messengernya. Rara tak bisa menyembunyikan perasaannya saat dia senang atau sedih, termasuk jatuh cinta. Tapi satu hal ini harus dirahasiakan, biar yang tahu hanya dia dan Allah Yang Maha Tahu bahwa Rara mendownload foto Tio kemudian menjadikannya wallpaper di handponenya. Tak boleh seorangpun tahu kebodohan Rara saat dia sedang menyukai seseorang.

Puzzle 4 : Sebuah scene dalam film

Isi novel “surat untuk Heidi” halaman kedua terakhir.

Tempatnya di sebuah jalan antara depan STEKPI dan belakang komplek DRP. Sebuah jalan yang lebarnya sekitar 8 meter dan panjangnya sekitar 1 kilometer. Jalan itu rindang dengan pepohonan di kiri kanannya, jika pagi dan sore tidak seramai jalanan jakarta lain saat orang pergi dan pulang kerja, dia akan menjadi gelap dan sepi dimalam hari yang mengundang orang pacaran bermesraan di situ, tak ada kamtib. Tahukah kamu dy?, jalan yang lengang dan sunyi itu akan berubah menjadi ramai seperti lautan manusia saat hari minggu tiba. Semua orang dari daerah jakarta selatan,khususnya pengadegan,pancoran timur, kalibata, -mungkin yang tinggal di duren tiga juga sesekali pernah kesitu- semua berkumpul di jalan itu. Ada bazar setiap hari minggu yang menyediakan berbagai jajanan yang biasa kita temui di jakarta seperti soto ayam sampai gorengan. Selain itu benda apapun dijual disini, mulai dari baju,sepatu dan sandal, perkakas,alat rumah tangga, dvd, buku,sampai sayuran juga ada, apapun yang kita cari bisa kita temukan disini dengan harga obral yang cukup miring. Kalau kamu mau olah raga, di parkiran STEKPI ada senam bersama yang dimulai kira-kira dari pukul 7 sampai pukul 8,sebenarnya aku kurang yakin waktu tepatnya sebab aku pernah ikut cuma sekali, yang jelas kalau mau ikut olah raga mesti datang lebih pagi. Di sana juga ada “odong-odong” buat hiburan anak-anak, dan pastinya jajanan dan mainan buat anak-anak juga ada. Maka jangan heran kalau hari minggu itu sekeluarga pergi ke STEKPI semuanya.
Lalu kamu mungkin bertanya Dy, kenapa aku tiba-tiba bercerita tentang jalan itu. Mungkin hal ini menjadi biasa saja saat kita pergi ke tempat itu karena itu menjadi kebiasaan di hari minggu yang menjadi hiburan satu-satunya bagi kami yang tak mampu membayar mahal untuk Refresing. Tidak bagiku karena aku punya kenangan di situ. Aku dulu pernah cerita padamu suatu hari, entah tanggal berapa, lihat saja catatanku sebelumnya, bahwa kami pergi bersama ke stekpi. Kami adalah aku, nedia, laras dan semua anak kostan. Kami berjanji bertemu disana. Sebenarnya tak ada yang istimewa waktu itu. Kami hanya berjalan melihat-lihat yang ada di bazar itu, aku hanya membeli kemeja. Dalam berjalannya pun tak ada yang istimewa karena kami jalan masing-masing diantara desakan orang lain. Setelah itu sarapan bersama, lebih tepatnya makan bubur di tempat yang sama. Diantara sekian kali aku ke bazar STEKPI, itulah yang kusebut kenangan. Bagi aku dan nedia, hari minggu di STEKPI akan tetap menjadi tempat berkesan meski kami tidak tinggal di daerah itu lagi. Walaupun aku di kalideres dan nedia di Bintaro, di hari minggu yang cerah kami sering menyempatkan ke STEKPI dan ke toko langganan kami di kalibata, seolah tak bisa meninggalkan kebiasaan lama, kami selalu rindu tempat itu seperti merindukan kampung halaman. Walaupun begitu, sebagaimana karakter sebuah kenangan, tidak bisa diulang dan tak akan pernah terjadi sama dalam waktu yang berbeda. Aku hanya bisa menghirup dan menghembuskan nafas panjang saat berada di bawah pohon rindang yang selalu ada disitu sebagai tanda syukurku bisa mengingatnya.
Dy, hari minggu di STEKPI tetap seperti itu sampai sekarang, ramai dan meriah, bahkan sekarang waktu bazar di perpanjang ,kalau dulu hanya sampai jam 10 pagi kemudian sepi, sekarang jam segitu masih ramai, para pedagang baru akan berbenah pada jam 1 siang lewat saat pengunjung hanya tinggal segelintir orang. Yang berbeda adalah kami karena perubahan waktu. Kami adalah aku dan Rey.
Hari kamis tanggal 15 nedia ulang tahun, dia mengundang aku dan anak-anak untuk makan nasi liwet. Rencananya aku dan nedia akan pergi ke kostan dan membeli bahan-bahan untuk liwet kemudian anak-anak yang akan masak, tapi semuanya batal karena aku dan Dia datang kesorean. Waktu aku tiba dikostan Rey tidak ada. Rey tidak tinggal dengan anak kostan lagi, dia pindah dan tinggal sendiri di daerah kemang. Kabar itu membuatku sangat terpukul lebih dari pada saat mendengar Rey sudah punya pacar. Mungkin kamu berpikir dy, kenapa aku harus sedih padahal aku sudah tidak tinggal di pengadegan lagi, bahkan kalideres jauhnya kurang lebih satu jam setengah dari situ, jawabannya karena aku sangat suka dengan masa lalu dan tak ingin semuanya berubah. Mungkin jawaban itu kamu kurang paham akan maknanya, yang lebih dimengerti adalah bahwa saat aku ke pengadegan untuk bertemu Aby atau didi dengan suatu urusan maka aku akan melihat Rey di situ, setidaknya aku masih punya alasan untuk sekedar melihatnya. Iya, kurasa itulah yang menjadi alasan kenapa aku menjadi sangat sedih, kini aku jadi tak tahu harus mencari dia kemana.
“Bang Rey mana yah? kok ga keliatan.” Nedia mewakili semua tanya di hatiku yang terus bertanya tanpa henti akankah Rey datang?, mungkinkah dia mau melihatku lagi?.Untuk menghargai undangan nedia dia pasti datang ,bukan untuk bertemu aku, tapi kenapa sore begini dia belum datang, padahal kami janji pagi-pagi kumpul. Aku terus bertanya-tanya dalam hati tak bisa mengeluarkannya.
“ Kang Aby sama a Dede lagi jemput Bang Rey di stasiun kalibata, kirain gak bakal dateng” Seperti sebuah walki talki Nedia memberitahukan isi sms yang baru saja dia terima.
Kami pun bertemu dan berkumpul bersama menghabiskan beberapa martabak yang Nedia beli. Tak ada kata berarti antara Aku dan Rey. Aku tak merasa sedikitpun malu dan canggung bertemu dia setelah ditolak cinta sama Rey, tapi benar-benar tak ada kata. Maka yang bisa kulakukan adalah mengirim pesan sama sahabatku, kamu tahu siapa kan Dy,Acie, Raisya sama Tianti. Kujelaskan kondisiku pada mereka, dan mereka merespon dengan berbeda sesuai karakternya. Rasa itu masih ada meski sudah tahu kenyataannya.

Keesokannya:
“Barusan aku ambil motor, kamu sama didi masih tidur, Aby sama dede juga ga ada. Kita mau ke STEKPI. Ayo kesana!” Itu adalah isi smsku yang kukirim ke Rey sebelum aku berangkat ke STEKPI pake motor. Pesan terkirim tapi tak ada balasan. Setelah parkir motor maka kami serasa kembali ke 3 tahun yang lalu, berjalan diantara desakan orang, melihat-lihat dagangan. Sesekali aku melihat ke belakang berharap menemukan sosok yang kurindukan yang tadi aku sms, tapi tak kutemukan. 3 tahun yang lalu persis di tempat itu ketika melihat-lihat baju yang terpajang, aku terkejut dan gembira saat tahu Aby dan a ujang sudah ada dibelakangku, disusul kemudian Rey dan anak-anak yang lain. Mungkin Nedia dan teh eli tak akan pernah tahu bahwa aku menantikan suasana itu bisa kutemui lagi di sini. Aku berharap terlalu banyak dy, kemudian aku sadar bahwa aku tidak boleh sedih melainkan aku harus gembira dan bersyukur karena Allah yang Maha Kuasa telah memberiku anugrah yaitu kesempatan untuk kembali melihat Rey. Kemudian aku memenuhi hatiku dengan ucapan Subhanallah,Alhamdulillah, Allahu Akbar sebagai rasa terima kasihku untuk Tuhanku.

Tetap saja mataku berputar mencari Rey, mencari mungkin saja masih ada harapan.
Aku membawa motorku dari parkiran Setelah jalan-jalan dan sarapan untuk kembali ke kontrakan teh ely, jalanan macet dan motorpun berjalan merayap. Kurang lebih jarak sepuluh meter, diantara deretan parkiran motor, sosok yang kukenal duduk diatas motornya dengan kaki diatas step dan terselip rokok dijari tangannya, dia melihat ke arahku. Dy,Coba kamu bayangkan sedang menonton sebuah film saat kamera memperlihatkan satu tokoh utamanya, kemudian gambar disekelilingnya menjadi buram. Itulah yang terjadi pada mataku, semuanya menjadi kabur dan yang kulihat jelas hanya wajahnya yang tanpa ekspresi apapun. Aku benci dengan ekpresinya yang seperti itu, karena aku tak mampu menebak apa yang dirasakannya. Senangkah, sedihkah, kesalkah atau apapun tak bisa kulihat dari wajahnya. Aku kemudian menjulurkan lidahku dan mengedipkan mataku mengekspresikan bercanda dengan mengejeknya. Dan kulihat kemudian dia tersenyum, sedikit.
“Ngapain bengong sendiri?” kuhentikan motorku didepannya tapi tak bisa lama karena nedia menyuruhku terus maju sebab jalanan menjadi macet karenanya.
“aku duluan yah.” Motor terus ku gas tapi kepalaku masih menghadapnya.
“Lho..lho..barusan itu si abang yah, kok aku ga liat, ngapain dia disini, teteh kenapa ga berhenti dulu” tiba-tiba nedia menepuk pundakku baru sadar bahwa Rey di situ.
“Lha kamu yang nyuruh aku jalan”
“aku ga tahu kalau ada si abang, dia kok sendiri yah, aku mencium sesuatu yang disembunyikan, kayaknya dia gak mau kita tahu kalau dia ada disini, dia mau ketemu siapa yah, mungkin dia mau ketemu pacarnya kali yah”
“ayo balik lagi, aku pengen tahu pacarnya yang mana?”
“Ha..ha.. beneran nih,emang ga cemburu”
“melihat dengan mata sendiri lebih baik, biar sakit hati,biar ada alasan untuk melupakannya he..he.” Nedia tak berkata apa-apa lagi dia mungkin tahu meski aku tertawa mengatakannya tapi hatiku sedang menangis.
Saat tiba di kontrakan teh Ely, beberapa menit kemudian Rey juga pulang, itu menandakan dia pergi dari parkiran itu tak lama setelah aku pergi. Beribu tanya dihatiku diary,aku tak bisa menuliskannya satu persatu kepadamu karena pertanyaan tentang Rey itu terlalu banyak dan satupun tak akan mungkin bisa terjawab. Mungkin ini akan menjadi kali terakhir aku bertemu dengannya.div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on">

Puzzle 3 : Ada salju di Plamboyan itu

Episode Rara



Sudah sebulan sejak tahun ajaran baru, kelas sudah menjadi hangat. Dari waktu ke waktu pertemanan menjadi lebih dekat. Meski pada sebagian teman Rara tetap kaku, setidaknya Rara sudah bisa berbaur dengan Raisya, Acie, Nia, Rani, Yani dan sedikit teman yang lainnya. Dalam kamus pergaulannya Rara hanya bisa dekat dengan anak wanita, tak pernah benar-benar punya sahabat anak laki-laki. Maka 5 orang itulah yang selalu berkumpul dan pergi bersama-sama menghabiskan waktu di kelas. Saling cerita tentang diri mereka dan tentu saja kisah cinta.
Sebenarnya Rara tidak tahu banyak tentang mereka karena sampai sebulan ini jiwanya belum benar-benar hadir bersama mereka. Setiap istirahat kesatu, istirahat kedua atau sepulang sekolah dia selalu pergi bersama sahabatnya dari kelas terdahulu yaitu Icha. Maka dia jadi ketinggalan cerita.
“Kalau Rara siapa cowok yang disukainya, kita belum denger” Tiba-tiba Yani menoleh ke arah Rara diikuti Acie, Nia, Raisya dan Rani, mereka menunggu jawaban Rara.
“Emh.. apa yah?” Meski Rara mendengarkan tapi sebenarnya dia belum mengerti benar apa yang mereka bicarakan.
“Nia kan suka sama cowok yang ada di kelas IPS2, kita beri dia julukan Blue.Raisya suka sama Mahesa, kita beri inisial Si S.Mereka suka sejak dari kelas satu tapi belum pernah terungkapkan. Kalau Acie baru putus sama pacarnya di rumah, julukannya Mr.P. Nah Kalau Rara apa?, kita belum denger” Rani menjelaskan duduk perkara yang mereka bicarakan. Rara tersenyum, sedikit Ragu apakah bercerita atau tidak pada mereka.Ceritanya sama, mencintai secara sepihak sejak dari pertama masuk SMA. Selama ini hanya sahabatnya di Pramuka saja yang tahu kisah cinta Rara.Yaitu Icha, Lani,ami dan Inez, hanya mereka. Tapi sekarang rasanya bukan rahasia lagi, ada baiknya berbagi juga pada sahabat barunya.
“Kalau orang yang kusukai udah ga ada disini. Dia kakak kelas” Jawab Rara. Sahabatnya mendengarkan dengan seksama menanti cerita yang seru dari Rara. Tapi tak banyak yang perlu di ceritakan, tak ada hal menarik dari cinta yang bertepuk sebelah tangan.
“ Siapa, dulunya kelas mana” Raisya penasaran, karena dia ingat sahabatnya juga menyukai kakak kelas.
“Kalian kenal ga yah, soalnya dia bukan selebriti sekolah, dia senior di Pramuka, namanya Kak Bayu. 3 IPA 2. Pake aja inisial kayu.Ga ada cerita seru. Aku menyukainya diam-diam sampai akhir dia pergi.” Sedikit ceria Rara bercerita, karena sebenarnya dia ingin melupakan kenangan itu, tapi kemudian Rani bertanya lagi menekan tanda previous di memori otak Rara.
“Ciri-cirinya gimana?” Pertanyaan itu membuat Rara membayangkan kembali penampilan Kayu yang selalu rapi dengan rambut yang selalu di sisir ke samping. Cara dia berjalan dan bersikap sangat tegap, menjunjung tinggi Dasa Darma Pramuka, dan sebagian teman Rara dulu memanggilnya judes karena dia jarang tersenyum, padahal mungkin karena dia pendiam. Kini sahabat baru Rara bisa membayangkan siapa kayu. Raisya tahu siapa kayu, Rani dan Yani saling berbisik mencoba mengingat mungkin saja mere○인ka tahu.
“Oh itu namanya kak Bayu yah, Dulu si Pita suka ngecengin dia kan Yan.?” Bisik Rani pada Yani membicarakan kawan lamanya yang tak ada di sini.
^_^
“Anak- anak, sekarang ada seminar di Aula tentang cita-cita, bintang tamunya Hendra Wijaya musisi Jazz. Sebenarnya dari perwakilan siswa yang diundang hanya 5 orang tiap kelasnya, tapi khusus untuk kalian ibu minta ijin ke kepala sekolah dan staff guru untuk mengikut sertakan kalian semua satu kelas. “ Ibu Titi wali kelas anak Bahasa memberi pengumuman, baginya ini adalah kali pertama dia menjadi wali kelas, tapi dia dihadapkan dengan siswa yang beragam kelakuan dan keunikan di kelas ini, yang cukup membuatnya sedikit pusing. Anak – anak menantikan kata-kata bu Titi selanjutnya, bagi mereka yang paham music jazz sangat berharap bisa hadir demi bertemu maestro seperti Hendra Wijaya, bagi mereka yang gila belajar mungkin agak sedikit males dengan acara seperti itu, bagi sebagian besar di kelas bahasa berharap ikut untuk menghindari pelajaran di kelas.
“Mereka setuju dan kalian boleh ikut satu kelas, siap-siaplah” lanjut bu Titi dengan senyum penuh kasih.
“horeee….” Teriak anak satu kelas, tapi ada juga sebagian yang masih kurang mengerti untuk apa mereka pergi .
Sampai di aula ternyata acaranya sudah mau mulai, perwakilan dari kelas lain yang masing –masing hanya 5 orang sudah kumpul, mereka kaget melihat kelas bahasa datang satu kelas.
“Ra kamu duduk sini sama aku” Rara melihat Icha melambai dari kejauhan, dilihatnya juga lani, ami dan Inez sebagai perwakilan kelas masing - masing. Ternyata temannya seekskul pramuka selalu menjadi perwakilan dalam acara-acara terpilih, beda dengannya,beruntung kelas bahasa ikut semua, kalau hanya dipilih lima orang, Rara bukan orang yang akan terpilih.
“Nanti Ikhlas Voice bakal tampil, ih ga sabar” Lani berbisik keras ke telinga rara, bagaimanapun mulut berkata sudah tidak berharap pada Fery, gelagat indah cinta selalu terpancar dalam dirinya bahwa dia masih menyukai. Dalam hati kecil rara juga sangat senang bisa melihat Fery duduk di depan berjajar dengan idang rasidi.
Acara dimulai dengan pembukaan ceramah dan lain-lain. Berbarengan dengan Hendra Wijaya ada beberapa orang penting seperti nara sumber yang entah siapa, alumni yang focus pada motivator pelajar dan ada juga produser rekaman musica studio Yan juhana.
Rara menikmati acara ini, didengarnya dengan seksama penjelasan dari nara sumber dan sesekali dicatat. Diujung acara sebelum Hendra Wijaya tampil, Ikhlas Voice bernasyid sholawat nabi dengan acapelanya. Rara terbuai dengan suara indah mereka, tapi yang paling memesonakannya adalah fery, sesorang yang disukai secara diam-diam. Tapi kemudian tiba-tiba Rara merasa waktu sedang dihentikan, semua gerak berhenti dan suara menghening, pandangan disekitar menjadi samar, hanya jelas terfokus pada seseorang yang berbisik di telinga Yan juhana, seseorang yang dia kenal yang selalu dia rindukan.
“cha, … “panggil Rara pelan,jemari tangan menepuk pundak icha namun wajahnya tidak menghadap.
“apa?” jawab icha, dia menunggu kata-kata Rara selanjutnya, tapi hanya itu yang bisa dia katakan, memanggil sahabatnya icha tanpa bisa berbuat apa-apa lagi. Seperti terpaku, matanya tak rela untuk melepaskan pandangan bahkan untuk mengedip sekalipun. Sekonyong-konyong tubuhnya menjadi dingin, jantung berdegub kencang dan ada sedikit binar dimatanya yang akan menjadi air mata.
“Ra?” Tanya icha lagi, dia heran melihat sahabatnya yang duduk disampingnya seperti patung, kemudian icha mengikuti arah pandangan rara yang tertuju pada seseorang yang dia kenal juga.
“Kak Bayu, ngapain dia disini, kok bisa ada dia, ” icha terkejut melihatnya, sekaligus merasa senang untuk sahabatnya. Kemudian dia berbisik pada lani, ami dan inez kalau senior pramukanya ada disini. Mereka ikut senang karena merasa rara juga pasti akan senang.
“Ra, ada apa” Raisya yang duduk agak jauh merasa ada aura berbeda diantara sahabat rara. Karena rara tak menjawab apapun kemudian dia juga melakukan cara seperti icha, yaitu mengikuti arah pandangannya saja.
“Itu kak Bayu kan?” Walau dia tahu kak Bayu yang mana tapi Raisya ingin memastikan kalau yang di depan itu adalah benar orang yang rara ceritakan kemarin di kelas ketika mereka curhat tentang seseorang yang dia suka.
“apa,yang mana, siapa?” kemudian teman-teman Rara dari bahasa saling berbisik tentang kak Bayu. Tapi Rara masih tetap terpaku.
“Dia ga liat kesini yah, nanti pas kamu bubar kamu harus samperin dia” Acie mulai bersuara menuntun langkah selanjutnya yang harus dia lakukan. Lani berusaha menarik perhatian kak Bayu, dan berhasil, kak Bayu melihat ke arahnya kemudian tersenyum saat beradu pandang dengan Rara, tapi entah ada hal gaib apa sehingga bibir Rara tak bisa bergerak sedikit saja ke atas untuk tersenyum. Lani meninggalkan tempatnya dan pergi untuk mendekati ka Bayu kemudian berbincang. Rara hanya bisa menonton tanpa bersuara tanpa bergerak sedikitpun.
~_~
Acara berakhir , semua orang berdiri untuk pergi, Rara kehilangan pandangannya. Sebagian masih di ruangan untuk minta foto dan tanda tangan Idang rasidi.
“Ra kak Bayunya mana? cepet dekati dia, ini kesempatan kamu” acie menahan Rara untuk tidak keluar dulu.
“Iya Ra, kapan lagi bisa ketemu, cepet kesana, tuh dia tuh, sebelah sana?” Raisya pun ikut mendukung.
“tapi aku harus ngomong apa, gimana”
“yah ngomong apa aja, kamu kan kenal dia, nanyain kabar kek, kuliahnya, atau sekedar assalamualaikum juga bisa jadi awal, yang penting kamu sapa dia dulu” jawab Raisya sedikit jengkel melihat kawannya seperti orang bodoh.
“sini biar aku antar” Acie menarik tangan Rara menghampiri kak Bayu, tepat berada di belakang punggungnya Rara berhenti kemudian membalikan badan.
“ Dia dibelakangmu ra” acie dan raisya berbisik. Rara malah melangkah menjauh selangkah demi selangkah.
“kamu ini malah ngilangin kesempatan” Aci merasa jengkel melihat tingkah sahabatnya.
“Ayo kita ke kelas, kalau dia niat mau nyapa aku kenapa ga nyapa, kak Bayu emang sombong”Rara bergumam pelan sambil mencoba melepaskan diri dari tangan sahabatnya yang menahan tubuhnya untuk menghadap kak Bayu.
“ih aneh, dianya sendiri juga gitu” Raisya menimpali.
“pastinya dia liat aku dari tadi kan, tapi kenapa dia gak menghampiriku, malah diem aja kayak yang gak kenal,” jawab rara ketus, berusaha menyembunyikan perasaannya yang kacau.
Sampai kelas, mereka tinggal mengambil tas dan pulang, karena acara tadi tepat berakhir di jam pelajaran terakhir. Rara memilih untuk pulang sendiri dengan alasan masih harus ketemu icha. Dia kembali berjalan ke aula, sudah kosong, tinggal panitia yang sedang membersihkan meja, kursi. Kemudian terus berjalan ke ruang pramuka, sepi dan terkunci tak ada siapapun. Di bawah plamboyan ujung utara, rara berhenti melihat dikejauhan kak Bayu sedang berbincang dengan temannya, lani. Dia cemburu pada lani yang selalu punya topik apapun untuk dibicarakan, tidak seperti dia yang berkata hai pun sangat berat. Rara bersandar di pohon plamboyan kemudian memandangi punggung kak Bayu dari kejauhan. Dia berkata sangat panjang lebar pada kak Bayu yang hanya dia sampaikan dalam hatinya saja, berharap bisa menjadi sebuah telepati.

“Kakak gimana kabarnya?,harusnya kakak ga usah datang ke sini, atau harusnya ga usah kelasku semuanya hadir di acara ini, dengan begitu aku tidak akan bertemu dengan kakak. Sedikit lagi aku sudah bisa melupakanmu karena waktu, kalau kakak muncul lagi dihadapanku mustahil aku bisa melepaskan hatiku yang terus tertuju padamu selama 2 tahun terahir. Kalau kakak datang hari ini, harusnya bulan depan juga ke sini lagi, bulan depannya lagi , bulan depannya lagi. Tapi Aku merasa ini adalah kali terakhir kakak datang ke sini, kali terakhir aku bertemu kakak, kelak pasti tidak ada alasan lain untuk mengatakan kebetulan bisa bertemu. Aku benci ketika tidak bisa melakukan apapun untuk hal yang kuinginkan. Aku ingin mendekatimu kemudian bertanya apa kabar lalu cerita tentang ini itu dan kuliahnya, tapi tubuhku tidak bisa bergerak sejengkalpun. Aku benci dengan wajah yang berpura-pura tak punya rasa apapun dihadapan kakak bahkan seolah tak mengenalmu padahal hati ini benar-benar sesak karena ledakan bahagia. Dan hal yang paling menakutkan adalah kayu melakukan adegan yang sama sepertiku, seolah tak mengenaliku, tidak pergi mendekatiku, tak berusaha menyapaku, bahkan tidak tergerak untuk berbincang denganku menjadikan tubuhku semakin kuat melawan keinginan hatiku”

Dibawah plamboyan dekat ruang osis yang bunganya sedang mekar memerah, dia duduk dan berbincang dengan tertawa membawa hawa musim kemarau. Dia adalah kayu. Dibawah plamboyan ditempat Rara berdiri, daunnya tumbuh dengan takut dan malu-malu membawa butiran air mata yang membeku menjadi salju. Di cianjur hanya ada dua musim, mengapa air mata itu benar – benar menjadi dingin dan beku.

Puzzle 2 : Plamboyan di sudut lapangan

Hari pertama tahun ajaran baru 2001/2002, Semua siswa kelas 3 sibuk mencari nama mereka pada papan pengumuman yang di tempel di masing masing kelas yang sudah diberi nama di depan pintu, jika nama mereka ada dalam daftar tersebut maka disitulah kelas barunya. Para siswi akan sedikit ribut dengan tertawa ketika menemukan namanya,apalagi saat bisa sekelas dengan orang yang diharapkan. Siswa laki-laki juga tak beda, secerah bunga plamboyan yang baru bermekaran di lapangan. Tahun ini kurikulum SMU membagi kelas 3 menjadi tiga jurusan, IPA (Ilmu pengetahuan Alam), IPS (Ilmu pengetahuan Sosial) dan Bahasa. Berbeda saat kelas satu dan kelas dua, kelas penjurusan menitik beratkan pada pelajaran sesuai jurusannya. Selain Agama, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan olah raga yang semua jurusan dapatkan,Jurusan IPA hanya akan belajar Biologi, Fisika, kimia juga matematika setiap harinya. Jurusan IPS hanya akan belajar, Ekonomi, akuntansi dan Sosiologi. Bahasa hanya akan belajar bahasa dan sastra indonesia, bahasa dan sastra inggris, sejarah dan pilihan bahasa Asing . Tahun ini Bahasa Asing yang dipelajari adalah Bahasa Jepang. Penjurusan ini dipilih oleh para siswa sendiri disesuaikan dengan nilai prestasinya. Selain ada yang tertawa bahagia, yang kecewa juga ada. Mereka yang ingin masuk IPA tapi nilainya tak memenuhi syarat akan terlihat semurung awan yang digelayuti hujan. IPA, sepanjang ada penjurusan seperti ini (sejak bertahun-tahun yang lalu dan mungkin beberapa tahun ke depan) menjadi jurusan terfavorit dan paling bergengsi, karena isi pelajarannya yang exact semua, sedang bahasa akan dianggap menjadi jurusan yang paling ringan pelajarannya. Bahkan di sebagian sekolah di kota besar tak mengenal jurusan bahasa karena tidak ada peminatnya.
 Diantara sibuknya para siswa , Raisya memasuki pintu gerbang sekolah SMA PLAMBOYAN dengan sedikit berdebar. Pikirannya melayang ke beberapa minggu yang lalu saat sahabatnya, Tia, terkejut mendengar dia memilih jurusan Bahasa.
“Duh, Sya, kenapa milih bahasa, mending masuk IPA. Nanti aku minta ibuku supaya kamu dan aku sekelas sama Mahesa” Tia sedikit kecewa, tapi lebih tepatnya takut jauh dengan Raisya yang sejak dari SMP selalu satu kelas.
“Emang Bisa?”. Raisya menyipitkan matanya yang memang sudah sipit.
“ Bisa dong, setiap guru boleh minta siswa ini ditaro dimana dan dimana.” Jawab Tia yakin, karena ibunya memang guru di sekolah itu. Raisya hanya tersenyum tanpa berkata apapun.
“Kalau kamu masuk IPA kita bisa bareng-bareng lagi. Lagian kan nilai IPA kamu bagus semua,kenapa mesti masuk bahasa sih”
“Emang ada aturan kalau masuk bahasa nilai Exacnya harus jelek, trus emang kenapa dengan bahasa,? aku ingin belajar bahasa Jepang. Bahasa adalah satu-satu jurusan yang ada Nihon go nya”
“Bukan gitu maksudku, tapi kalau kamu masuk IPA kan bisa deket sama Mahesa” Bujuk Tia lagi, tapi Raisya tetap pada keputusannya. Baginya bahasa adalah pilihan terbaik, karena selain dia jatuh cinta pada bahasa Jepang, ada kemungkinan dia tak bisa meneruskan ke perguruan tinggi yang mematikan apapun cita-citanya. Dan mengenai Mahesa, dia telah menyukai teman sekelasnya itu selama 2 tahun sejak pertama masuk sekolah ini, tapi tak pernah ada kemajuan apapun dalam hubungnya selain sebagai teman sekelas.
“Apa gunanya dekat dengan dia, tak akan merubah apapun” Bayangan percakapan itu menghilang ketika tanpa sadar Raisya sudah tiba di pintu depan kelas yang dituju. Dia mencari namanya untuk memastikan saja, Karena Kelas Bahasa hanya ada satu, maka akan mudah mencarinya. Ada beberapa teman lamanya dari 2.2 yang masuk bahasa, tapi tak ada satupun dari sahabat dekatnya di sini. Dari lima sekawan, yang 2 orang masuk IPA dan 2 yang lagi masuk IPS, hanya Raisya yang masuk bahasa.Sesaat Raisya merasa sendiri, tapi ketika masuk kelas semuanya beda, kelas ini terasa hangat untuknya. Ada teman yang dulu sekelas sudah cukup baginya untuk merasa nyaman, Raisya bisa berbaur dengan yang lain.
Di deretan bangku kedua dari depan, tepat disamping kaca jendela, Acie asyik berkenalan dengan teman barunya. Dengan ribuan siswa dan kurang lebih 35 kelas bisa memungkinkan kita tidak kenal dengan teman satu SMA meski itu satu angkatan. Jika tidak pandai bergaul, bukan siswa teladan dan bukan anak paling badung, kita hanya akan bisa mengenal satu kelas saja. Acie adalah salah satunya. Tidak seperti Raisya yang lumayan cukup tahu (meski tidak kenal),dia tahu apakah teman barunya dari kelas 2.4 atau 2.6 .Acie hanya kenal dengan teman sekelasnya yang selama ini dia kurang percaya diri di dalamnya. Tak ada satupun sahabatnya di 2.10 memilih bahasa, yang menjadikan dia kurang semangat dan merasa sendiri di kelas ini lalu membuat dia ingin cepat-cepat pulang dan kumpul dengan sahabat masa kecilnya di luar sekolah. Tapi semua berubah saat takdir menuntunnya sebangku dengan Nia dari kelas 2.4. Ada banyak kesamaan antara dia dan Nia salah satunya rumah yang satu arah dengannya. Sementara semua sibuk dengan kelas barunya, Mutiara gadis tambun berkacamata dengan tenang masuk ke ruang osis. Dia tidak ikut sibuk seperti siswa lain yang mencari kelas apa dan sekelas dengan siapa?. Dia tak peduli seolah bukan bagian dari siswa kelas 3, bahkan dia tak tertarik sama sekali kelasnya terletak dimana. 3 hari pertama, seluruh kepengurusan osis diberi surat dispensasi untuk tidak mengikuti pelajaran demi mengurus Masa Orientasi Siswa kelas 1. Sudah menjadi cukup alasan bagi Rara mengapa dia tak pergi ke kelas barunya.
 “Aku kelas 3B1, Kita gak sekelas lagi Ra, coba kalau kamu masuk IPA pasti kita bisa sekelas lagi, sekarang aku jadi gak ada teman.” Icha mengadu dengan manja saat sahabatnya baru saja duduk di sofa ruang osis.
“Bukan ga ada tapi belum pada kenal, nanti juga akrab, lagian dari 2-1 juga banyak yang di 3B1 kan?. Kalau kamu kangen sama aku, main aja ke kelasku.” Rara seperti mencoba menghibur Icha, padahal dia menghibur dirinya sendiri.Sebenarnya Rara lebih takut menghadapi kelas barunya tanpa icha di sisinya. Dua tahun sekelas dengan Icha, rara seperti bayangannya, dimana ada Icha disitu Rara ada. Rara selalu berdiri dengan bantuan sahabatnya ini, bahkan adanya dia di organisasi OSIS, Pramuka atau Dewan Keluarga Mesjid adalah atas dukungan Icha. Sahabatnya itu seperti kulit kerang yang keras melindungi mutiara di dalamnya. Maka situasi ini terbalik, seharusnya Rara lah yang mengeluh pada Icha.
 “Kamu belum liat kelas kamu Ra?”
“Bahasa kan Cuma satu, buat apa di cari”
“ Terus kamu ga nyari tahu kamu sekelas sama siapa aja?”
“Yang pasti, dari 2-1 itu Cuma aku dan hera, nobody else, selebihnya aku gak ada yang kenal. Jadwalku di kelas 1 berapa untuk hari ini?” Rara mengalihkan pembicaraan. Hatinya benar-benar takut berkenalan dengan orang-orang baru, kelemahannya adalah tak bisa beradaptasi dengan cepat ketika masuk lingkung baru.
“di 1-4, kamu sama Lani, acara hari ini pengenalan lingkungan sekolah.” Icha menyadorkan jadwal acara untuk hari ini sampai 3 hari ke depan.
 “Cha , aku di kelas B2” Lani masuk dengan wajah sedikit manyun, kata-katanya terdengar mengeluh. “Bagus dong, berarti kita tetanggaan” jawab icha singkat seperti tak tertarik
. “aku sekelas sama Fery” lanjut Leni dengan suara lebih pelan.
“Apa?!, “teriak Rara dan icha berbarengan. Sudah jadi rahasia umum diantara rara dan icha kalau Lani menyukai Fery si Ketua Exkul bela diri, sejak kelas satu SMA, sampai sekarang kelas tiga.
“Selamat laniku sayang” teriak Icha lagi sambil mengulurkan tangannya.
 “Bagus dong berarti Allah mendengar doa’amu, itu kan impianmu, bahkan mungkin doa yang sering kau pinta tiap sholat. Terwujud” jawab Rara antusias, dia ikut senang benar-benar ikut senang mendengar kabar sahabatnya ini. Sempat dia membantu jadi mak comblang antara Lani dan Fery, meski tak berhasil atau tak menghasilkan apapun.
“Semuanya jadi gak menarik lagi. Masalahnya aku malu sama dia, beberapa minggu yang lalu aku udah nembak dia dan hasilnya ditolak” jawab lani murung dan sangat bingung. Icha dan Rara membeku, tak tahu harus berkata apa lagi. ^_*

 Hari kedua tahun ajaran baru, Acie mulai bersemangat di dalam kelas bahasa, apalagi hari ini jadwal pelajaran Bahasa inggris yang sangat dia sukai, pelajaran yang menjadi alasan kenapa sampai dia mendarat di kelas bahasa. Tapi sayang, sang guru hanya memperkenalkan diri saja dan mengabsen para siswa yang juga demi perkenalan, belum mulai untuk belajar. Kini Achie mulai kenal dengan Raisya yang duduk di depannya, juga Rani dan Yani teman sekelas Nia. Satu sama lain berkenalan dan bercerita. Bahasa menjadi kelas yang istimewa ketika ternyata ketua osis dan salah satu rengrengannya ada dikelas ini, Ketua osis yang selalu ada di kelas IPA tahun ini ada di Bahasa. Dia masuk kelas sebentar kemudian melanjutkan tugasnya sebagai ketua yaitu mengurus anak kelas 1.
 Rara di hari kedua, belum menginjakkan kaki di kelas barunya, saat datang ke sekolah dia langsung masuk ruang osis seolah itu kelas barunya. Ruangan itu sepi, pengurus osis yang lain sudah di kelas masing-masing sesuai jadwal, ruangan itu hanya dipenuhi tas yang disimpan di meja dan kursi secara sembarangan dan kertas-kertas yang menumpuk.
 “Bruk” Rara menabrak seseorang ketika dia keluar dari ruang osis, kertas berhamburan di lantai.
“Sorry” orang yang ditabrak berjongkok memungut kertas yang berceceran.
“Aku yang minta maaf “ Jawab rara kemudian ikut berjongkok .Setelah selesai dia bangun dan mengangkat kacamatanya dengan punggung tangan, barulah dia bisa sadar siapa yang di depannya.
“ Fery. Kamu kelas apa?” Tanya Rara pada seseorang yang tinggi dan tampan dihadapannya. Dia Fery yang dibicarakan Lani kemarin. Seseorang yang disukai sahabatnya dan secara diam-diam disukai oleh dia juga. Tentunya pertanyaan ini basi, tapi dia hanya punya topik itu untuk dibicarakan.
 “B-2. Kamu kelas apa Ra?” Fery balik bertanya.
“Ehm,.. Be hese” jawaban Rara membuat Fery sedikit tercengang dan mengerutkan alisnya, niat Rara bercanda karena dia sedikit bosan saat mendengar orang menjawab, B-2,B-3 atau B-4 (dalam bahasa sunda hese sama dengan susah). Sejenak kemudian Fery baru tertawa, benar-benar reaksi yang amat lamban.Dia tersenyum manis sekali, entah apa yang ada dipikirannya, mungkin dia heran kenapa seorang Mutiara yang dikenalnya amat pendiam bisa bercanda seperti itu.
“Be hese yah,” Cuma itu yang keluar dari mulutnya.
“Kamu belum masuk kelas yah?, masih sibuk sama MOS nya?” Fery mengalihkan pembicaraan untuk menahan tawanya.
 “Iya, nih mau ke kelas 1-5, kamu sendiri ngapain berkeliaran di luar”
“hari ini giliran demo ekstrakulikuler bela diri di depan anak kelas 1”
 “owh… di kelas mana demo pertamanya, aku mau ke kelas 1-5” Mereka berlalu menuju kelas di dekat mesjid, tanpa mereka sadari seseorang dari pintu gerbang sekolah memperhatikan mereka dari kejauhan sedari tadi, sejak saat mereka bertabrakan. ^_^
Ada tiga pohon plamboyan di setiap sudut lapangan upacara Sekolah Menengah Umum Negeri Plambaoyan 1. Mungkin karena ini juga sejarahnya kenapa dinamakan SMU Plamboyan, atau mungkin hanya kebetulan semata. Pohon Plamboyan itu terletak di Sudut sebelah selatan, utara dan Timur. Ketiga pohon itu tak pernah mekar bersamaan, saat yang di timur mekar, yang di utara baru tumbuh daun yang hijau dan di selatan gundul karena daunnya berguguran. Setiap tahun bergantian seperti itu. Entah apa penyebabnya, entah apa penjelasan ilmiahnya, tapi kenyataannya seperti itu menjadikan Rara yang memperhatikannya membuat filosofi sendiri. Bahwa plamboyan yang bergantian mekar mengisaratkan pergantiannya siswa di sekolah ini, ada yang baru hijau untuk kelas satu, mekar untuk kelas dua dan gugur untuk kelas tiga yang akan segera meninggalkan sekolah.Mutiara memandangi Plamboyan di sudut lapangan sebelah timur yang kini tak ada daunnya sama sekali. Tepat didepan pohon itu ada sebuah kelas yang sebulan lalu (saat bunganya bermekaran) kelas itu masih bernama 3B2 atau 3IPA2. Setiap hari, setiap istirahat atau saat pelajaran sekalipun, Mutiara selalu mencuri pandang melalui jendela menuju kelas itu. Mencari sesosok bayangan yang selalu dia kenal meski jaraknya sejauh sekitar 20 meter atau lebih. Dari siluet bayangan matanya yang minus dia bisa memastikan bahwa orang yang berdiri di bawah plamboyan itu adalah kak Bayu, kakak kelasnya.

 Hari itu 28 Juni Mutiara bangun pagi untuk menyambut ulang tahunnya yang ke 17, tak ada ucapan atau perayaan dari keluarganya tak membuatnya bersedih karena dia dididik di keluarga yang tak pernah mementingkan soal seperti itu. Dia bersedih di hari ulang tahunnya bukan karena tak mendapatkan ucapan selamat,( sekali lagi seingat dia hidup tak ada bedanya hari ulang tahun dan hari biasa)melainkan dia sedih karena hari itu adalah acara perpisahan dan wisuda angkatan kakak kelasnya. Dia berangkat ke sekolah dengan membawa kamera yang isinya tinggal 5 klise lagi yang tersisa. Setiba di sekolah dia tak melihat satupun temannya, karena memang kelas satu dan dua libur karena acara perpisahan ini.
Di bawah plamboyan sebelah selatan dekat ruang osis, dia berdiri mencari seseorang sejak pagi sebelum pukul 7.
 “Ra, nanti aku minta filmnya satu yah, aku mau foto sama Kak Yandi” Icha sahabatnya menegurnya.
 “Iya boleh, sekalian tolong fotoin kak Bayu yah, nih kameranya pegang ma kamu” kemudian dia setengah berlari pergi
“Lho, kamu mau kemana, kenapa kamu ga nunggu aja sampai kak Bayu datang, jadinya nanti kalian bisa foto berdua” Icha mengejar Rara.
 “ Aku mau pulang, kayaknya aku ga enak badan, pasti sisa perjalanan dari jogja, pegang aja di kamu yah, aku nitip”
“Ra, ini terakhir lho kamu bisa ketemu kak Bayu, dia dah lulus,dia ga bakal ke sekolah ini lagi, mungkin dia akan melanjutkan ke luar kota”
 “Iya, tapi aku sakit perut” kemudian Rara benar-benar berlari untuk pulang.
Di rumah dia membenamkan kepalanya di bantal, agar tangisnya tak terdengar oleh siapapun. Jantungnya berdebar dengan kencang dan nafasnya terasa sesak. Dia bangun menyeka air matanya, lalu bercermin untuk membetulkan kerudungnya yang berantakan, setelah selesai dia duduk di bibir tempat tidur kemudian menjatuhkan tubuhnya lagi di kasur.
“ Hari ini terakhir kamu melihat Kayu Ra!, terakhir!. Dan kamu tak akan mungkin bisa bertemu dia lagi. Apa kamu pikir kak Bayu akan datang ke sekolah dan melihatmu? Tak mungkin. Hari ini terakhir dan dia tak akan kembali. Kenapa kamu di sini, dikamarmu, cepat pergi ke sekolah Ra, temui kak Bayu” Rara memaki diri sendiri dalam hati. Tapi dia tak bisa pergi ke sekolah, dia tak ingin berpisah dengan kak Bayu. Jika dia tak bisa bertemu lagi, maka biarlah tak bertemu, yang terpenting tidak ada kata perpisahan diantara mereka. Rara benar-benar takut jika dia berpisah maka dia tidak akan bertemu lagi dengan kak Bayu di masa depan.
 Saat Rara kelas satu, kelas kak Bayu terletak di depan Plamboyan sebelah utara, bunganya sering sekali mekar seperti mekarnya hati Rara yang mencari kak Bayu dikelasnya untuk kepentingan Ekstrakulikuler Pramuka. Saat Rara kelas dua, kelas kak Bayu pindah ke depan plamboyan sebelah timur yang berhadapan dengan kelas Rara di sebelah barat namun terhalang satu lapangan upacara, lapangan basket,dan lapangan voli. Bunga plamboyan ini pun selalu mekar saat rara melewatinya untuk pergi ke perpustakaan. Kini Plamboyan yang dekat ruang osis yang sedang mekar saat yang lain baru menghijau dan gugur, tapi kak Bayu tak ada, dia bukan lagi siswa dari sekolah ini. Mungkin ini bisa menjadi salah satu alasan Rara kenapa di hari pertamanya di kelas tiga dia lebih suka menghabiskan waktu di ruang Osis. Karena dari dalam ruang osis dia bisa melihat bunga plamboyan yang merah bermekaran. Seperti saat ini, dia lebih memilih untuk memeriksa tugas kelas satu yang diberikan di hari kemarin, meski jumlahnya ratusan kertas.
 “Ra, sini, ada kak Bayu nih di luar” Lani melongokan kepalanya ke dalam ruang osis tanpa masuk ke dalam.
 “Amien” jawab Rara yang tetap dalam posisinya membelakangi pintu dan melihat plamboyan dari jendela.Kata-kata itu sudah menjadi candaan biasa saat temannya menghibur dia agar semangat, sempat beberapa kali dia tertipu dengan bergegas keluar untuk menemui kak Bayu,tapi tak ada.
“Kok amien sih, kamu keluar deh, aku mau ke kelas 1-5 bentar, bentar yah kak” jawab Lani teriak dari luar ruang Osis. Rara terperanjat ketika sadar bahwa temannya itu gak bercanda kalau kak Bayu memang ada di situ, dia hafal betul dengan suara yang menjawab ‘iya’ dari luar. Dia bangun dari duduknya kemudian berlari ke luar, dan ternyata kak Bayu memang ada disini, kini dia sedang duduk melihatnya.
“Kak Bayu?” tanya Rara terperangah, dia melihat kak Bayu tersenyum kemudian Rara berlari masuk kembali ke ruang osis dengan salah tingkah meninggalkan kak Bayu yang keheranan. Di belakang pintu dia memejamkan matanya sejenak dan mereview sosok kak Bayu dengan celana coklat dan kaos oblong juga Ransel hitamnya. Penampilan yang jauh beda dari biasanya. Dengan menarik nafas dia kembali ke luar menemui orang yang selalu dia rindukan.
 “Icha kemana?” tanya kak Bayu saat Rara kembali menemuinya.
“Dia di kelas 1 -6 lagi bimbing anak kelas satu, kak Bayu mau ketemu Icha, biar aku panggilin, kakak tunggu di sini, ”Rara siap beranjak untuk pergi, tapi dia menahannya.
“ga usah, ga usah dipanggilin, aku cuma nanya aja” kemudian mereka saling membeku.
 “Kak Bayu ada apa ke sekolah” Rara merasa ini pertanyaan bodoh tapi ini wajib diluncurkan. Dia berharap kak Bayu menjawab ingin menemuinya, hanya untuk menemuinya, tapi ini juga harapan yang sangat lebih bodoh.
 “ehm..itu..” dia menjawab dengan sedikit bingung, bukan kebiasaan kak Bayu yang biasa tegas dan lugas.
“ Baju pramukaku yang dulu dipinjem itu masih ada ga?” katanya kemudian.
 “owh itu dipake kelas dua, aku kira kakak mau ngasih sebagai inventaris, makanya sampe sekarang ga dikembaliin ke kakak. Kakak mau ambil yah?”
“kalau ga dipake sih mau aku ambil” jawab dia.
 “Kalau gitu biar aku cari di ruang pramuka, kalau ga salah ada beberapa baju disana.Kali aja ada yang punya kak Bayu “
“ ga usah deh, nanti aja, kalau misalkan dipake sih ga pa-pa” jawab kak Bayu tergesa.
 “Emang nya kak Bayu mau pake buat apa, dikuliahan ga ada ekstrakulikuler pramuka kan?apa mau ada acara?.”
“ehnm..bukan, sayang aja kalau misal ga dipake, syukurlah kalau bajunya di pake” Kemudian mereka membeku lagi.
“ Kalau gitu aku pulang dulu yah ra” “lho, kakak ga mau nunggu icha atau lani”
“ga usah, yuk assalamualaikum”
“Waalaikum salam” jawab Rara pelan. Hatinya benar-benar ingin meledak melihat punggung kak Bayu yang semakin menjauh tanpa menoleh kembali ke belakang. Maka siluet dari punggung itu akan terbayang dalam beberapa waktu. Berharap sosok itu menoleh ke belakang , kenyataannya tidak terjadi atau mungkin Rara tak tahu karena biasanya dalam film dia akan menoleh saat Rara tak melihatnya lagi.
Bunga Plamboyan merah tertiup angin beterbangan melewati pandangan Mutiara. Gugur.

Puzzle 1 : THE BIG BOOK

“Bisa pinjam koreknya?”
“Aku tidak merokok” jawab pria itu. Mata gadis itu tertuju pada pemantik api yang tergantung di tas pria itu.
“Oh ini souvenir dari luar negeri, aku tidak pernah memakainya” si pria mencoba membaca arti pandangan mata gadis itu.
Si gadis menggerutu dalam hati “ bodo amat dari luar negeri kek dari mana kek,gua kagak nanya”.Tapi yang keluar dari bibirnya hanya kalimat terakhir “Apinya Bisa nyala kan?”.
“Bisa” Pria itu mencabut gantungan dari tasnya,dengan ragu dia memberikannya pada gadis itu.
“Untuk apa pemantiknya, bukan untuk merokok kan?” Si pria meneliti gadis itu dengan matanya yang sipit. Gadis itu memakai kacamata, sepertinya minus,Kepalanya tertutup kerudung, gayanya casual dengan jaket dan jeans. Kelihatannya bukan tipe perokok. Bukan juga gadis yang sembarangan. Semilir tercium aroma farfum terbawa angin , tidak menyengat, cukup segar walau cuaca teramat panas. Si pria kenal dengan wanginya tapi entah siapa orang yang dia kenal pernah memakai farfum ini .
“Untuk apa apinya?” Tanya si pria penasaran. Ada buku catatan besar di tangannya kira-kira seukuran kertas A3 tebal.Mungkin catatan keuangan. Dia ingat dulu waktu SMA pernah memakai buku sebesar itu untuk pelajaran akuntansi dimana isinya tentang debet,kredit dan sejenisnya.
“Bakar kertas” singkat dan jelas si gadis menjawab. Kenapa gadis ini mau membakar buku itu?. Apa mungkin buku besar itu isinya catatan hutang atau data keuangan yang harus dimusnahkan. Si gadis berjongkok meletakkan buku besar itu di tanah kemudian membuka halamannya satu persatu dengan cepat. Sekilas si pria melihat isi dari buku itu. Kenapa tidak ada tabel- tabel yang isinya angka-angka?, isi dari buku itu hanya tulisan tangan yang tidak rapi. Tulisan dokter yang sejenis Ceker ayam.
Si gadis berusaha menyalakan pemantik tapi apinya selalu padam tertiup angin.
“ Apa sih ini, kenapa mau dibakar?”. Tanpa permisi tangan si pria langsung mengambil buku besar itu dari tanah lalu membuka halaman pertama. Di situ tertulis “ The Big Book My Diary “ dengan tinta hijau, di bawah tulisan tergambar seekor sifut. Halaman berikutnya ada beberapa paragraph cerita yang diawali dengan hari & tanggal. Sepertinya memang buku harian.
“ Dari pada dibakar mending buat aku aja , gimana?” Tiba –tiba pria itu berkata meminta buku itu.
“Buat apa?” Si gadis heran. Si pria juga bingung buat apa dia meminta buku itu, lebih tepatnya dia harus memakai alasan apa agar dia bisa membawa pulang buku ini, padahal dia hanya penasaran kenapa gadis ini ingin membakarnya.
“Emh, ini buku harian kan?”. Si pria membolak balik halamannya dengan cepat sambil berpikir.
“Kali aja ceritanya bisa jadi novel atau ide film”. Alasannya lumayan masuk akal pikirnya. Tapi mendengar itu si gadis tertawa terbahak.Hilang semua raut muram yang tadi terlihat di wajah si gadis seolah hilang berjatuhan tersapu gelak tawanya.
“Lho, kenapa tertawa, kali aja ceritanya bisa setenar Laskar Pelangi”. Mendengar kalimat ini si gadis tambah terbahak dan semakin tak terkendali tawanya.
“Ayo taruhan… aku pasti bisa nerbitkan buku harian ini jadi best seller, asal kamu mau ngasih diary ini ke aku”. Dia memang sadar mana mungkin sebuah diary yang belum dia baca disetarakan dengan pengalaman berharga dari Andrea Hirata,tapi kata-kata itu mengalir begitu saja dari mulutnya demi merayu.
“Udah…hi..hii..udah….hi .hi..jangan bercanda lagi…ga usah khayal yang aneh aneh…ambil aja buku itu,boleh kamu baca tapi kalau ga kepake bakar aja.” Si gadis berkata tersendat-sendat oleh tawa.
“ Ga usah cari alasan yang aneh-aneh” tambahnya, kemudian menghapus air mata yang keluar karena terlalu asyik tertawa.
“Kamu ga percaya sama aku yah, nanti… kalau udah jadi bestseller jangan-jangan kamu menggugat minta ganti rugi”
“sini ..sini.. biar aku tulis surat pernyataan dibelakangnya. Hi..hi” Si gadis tak berhentinya tertawa kemudian menuliskan beberapa kalimat di halaman paling akhir yang hanya tersisa di covernya.
“Saya Mutiara Cinta dengan ini menyatakan bahwa saya dengan ikhlas dan senang hati memberikan buku harian saya untuk dipergunakan sesukanya. Jika dikemudian hari yang menerima diary ini berhasil menerbitkannya menjadi sebuah novel atau film, maka saya tidak akan menuntut apapun. Demikian pernyataan ini saya tulis tanpa paksaan dari pihak manapun.
“ Gimana cukup kan ?.Oh iya …”. Tak lupa dia menuliskan nama dan tanda tangannya.
“nih.. dijamin kalau lewat jalur hukum pun kamu tetap menang”. Kemudian si gadis menyerahkan buku itu dengan gaya seorang pengibar bendera membawa sang saka merah putih,tegap dan kokoh.
“Mohon terima persembahan saya paduka” si gadis mengulurkan tangannya dengan tegap, setelah si pria menerimanya dia membalikan badan seperti paskibraka kemudian berlalu meninggalkannya. Si pria tak sabar untuk membaca buku hariannya. Dalam benaknya terus bertanya kenapa gadis ini ingin membakar buku harian ini.Si pria mulai membuka buku besar itu, dia memulainya di halaman terakhir sisi kiri yang mana di sisi kanannya terdapat surat pernyataan yang tadi si gadis tulis.
5 Februari 2009
Dy, my Diary ini adalah lembar terakhir aku nulis di atasmu, 3 tahun sudah berbagai kejadian telah aku tulis .Senang ,sedih dan berbagai hal telah aku ceritakan kepadamu. Kenapa yah Dy, sampai detik ini aku tidak bisa melupakan Rey. Harusnya semuanya sudah berlalu. Jika saja aku membakarmu Dy, apa aku bisa melupakan Rey karena setiap aku menulis yang kutulis hanya tentang Rey. Yah lebih baik kumusnahkan saja kamu Dy, Kadang aku berdo’a semoga saja Allah yang Maha Kuasa menghapus ingatanku saja agar aku tidak ingat pada Rey lagi.Hilang ingatan lebih baik dari pada setiap detik aku terus mengingatnya.

Oh jadi ini alasan si gadis kenapa ingin membakar buku hariannya, ternyata si gadis patah hati. Dasar perempuan. 5 Februari adalah hari ini, berarti dia menulis tadi pagi atau sebelum ke tempat ini. Si pria sudah mendapat jawabannya tetapi dia jadi punya pertanyaan baru, separah apakah ceritanya sehingga si gadis berdo’a ingin hilang ingatan. Sepertinya dia harus membaca dari awal.Baru saja dia akan mulai membaca tiba-tiba telpon genggamnya berdering.
“ Ne.Aratso..aratso..” dia menutup telpon dengan jengkel, sepertinya sesuatu yang tidak enak didengar dia terima.



Ket:
Ne.Aratso..aratso..= Iya . Tahu..Tahu